![]() |
Ilustrasi peretasan situs dan data. (Shutterstock) |
Jakarta - Sekitar 6 juta Nomor Pokok Wajib Pajak atau NPWP masyarakat Indonesia telah bocor. Menurut Pengamat keamanan siber Teguh Apriyanto, pembobolan data alias peretasan NPWP tersebut diduga dilakukan oleh Bjorka.
Korban kebocoran data tersebut juga bukan main-main yaitu Presiden Jokowi, Gibran Rakabuming Raka, Kaesang Pangarep, Menteri Komunikasi dan Informatika Budi Arie, hingga Menteri Keuangan Sri Mulyani.
“Di dalam sampel, anda akan menemukan informasi pribadi tentang Presiden Indonesia dan anak-anaknya serta pejabat di Kementerian Keuangan dan menteri lainnya yang juga tidak berguna,” demikian tertulis dalam narasi berbahasa Inggris pada halaman berjudul “6 Juta Nomor Pembayar Pajak Indonesia (NPWP)” yang diunggah oleh Teguh.
Kebocoran data yang diungkapkan oleh Teguh dalam cuitannya di X tersebut menunjukan bahwa pelaku dibalik kebocoran data ini adalah Bjorka. Tidak hanya membocorkan NPWP saja tetapi juga data lainnya seperti Nomor Induk Kependudukan (NIK), alamat, nomor handphone, dan email. Kemudian, data-data tersebut diduga dijual dengan harga Rp 150 juta.
Nama akun Bjorka sudah tidak lagi asing bagi masyarakat Indonesia. Bjorka adalah identitas dari seorang peretas yang sudah beberapa kali membobol data-data di Indonesia khususnya data-data yang termasuk kedalam dokumen rahasia negara. Bjorka juga aktif di sosial media X untuk menjelaskan alasannya mengapa sengaja membobol data pemerintahan.
Rekam Jejak Kasus Peretasan Oleh Bjorka
Pertama kali Bjorka memunculkan identitas dirinya adalah April 2020 dimana ia meretas data pelanggan Tokopedia dengan data berukuran 11 GB (compressed) dan 24 GB (uncompressed). Data pelanggan tokopedia tersebut berupa user ID, password hash, email, hingga nomor telepon.
Pada aksi keduanya, Bjorka mengumumkan dua aksi peretasan yang sudah dilakukannya. Peretasan pertama adalah peretasan terkait dengan 70,904,989 data pengguna media sosial literatur Wattpad dirilis yang sudah ia lakukan pada Juni 2022. Peretasan kedua adalah peretasan 26 juta data berupa Nomor Induk Kependudukan (NIK), IP Adresse, hingga situs apa saja yang dikunjungi pelanggan IndiHome pada hari itu.